Semblorot sinar cahaya mentari di pagi hari membuat kota ini semakin indah. Alunan lagu jawa di seujung kota, serta alam yang indah membuat mata bu tak pernah bosan memandang seisinya. Yogyakarta, kota yang kaya akan seribu budaya. Kain batiknya yang sudah mendunia dan gadis ke.raton yang menari tak pernah absen dari mata sejauh memandang.
Melati, seorang gadis kecil yang lucu, rambutnya hitam ikal, bola matanya seperti biji buah leci. Dia memang tidak seperti gadis kecil lainnya, namun bagaimana kita tahu kalau di balik wajah lucunya itu ternyata dia bisu dan buta.Tidak hanya itu saja, tapi dia juga tuli. Seakan seluruh dunia terputus darinya.
Nyonya dan tuan HK sibuk dengan pekerjaannya, jarang sekali mereka pulang untuk menanyakan dan melihat anaknya di rumah, mungkin hanya sebatas melalui telfon. Hanya ke enam pembantunya yang selalu menemani Melati di rumah.
Puluhan dokter dari negara manapunsudah dipanggil kemari tapi tak satupun bisa membuat Melati mengerti akan dunia dan seisinya. Hal ini membuat tuan HK dan istrinya cemas karna putri semata wayangnya terputus dari dunia dan seisinya.
Sore itu entah mengapa Melati meringik meminta keluar rumah. Melihat anaknya seperti itu nyonya HK segera menyuruh mbak Ijah menemani Melati untuj jalan-jalan keluar rumah, meskipun Melati hanya ingin menghirup udara luar rumah. Dia hanya bergurau dengan mbak Ijah, meski tak sepenuhnya dia bisa mendengar, minimal dia bisa mendengar dengan alat bantu yang dipasang di kedua telinganya.
Ketika waktu menjelang malam, mbak Ijah segera mengajak Melati untuk pulang karna langit mulai gelap. Karna mereka hanya pergi ke taman yang di dekat rumahnya, jadi mereka hanya berjalan kaki.
Setelah beberapa jam Melati dan mbak Ijah tak kunjung pulang, tuan HK dan istrinya mulai merasa cemas. Waktu itu jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul 19.00 malam, tapi tidak ada kabar apapun dari mereka. Tak lama mereka menanti, tiba-tiba telfon rumah berbunyi.
"Kring....kring...."
Tuan HK segera mengangkat telfonnya dengan perasaan cemas dan raut muka penasaran.
" Iya dengan keluarga Hardjudi Kusuma disini, dengan siapa ini?"
"Maaf sayang dari pusat informasi dari Klinik Meiranti inginmemberitahukan bahwa puteri bapak, Melati Hardjudi Kusuma sedang koma karna kecelakaan pada pukul 18.00 tadi. Namun, karna peralatan medis di klinik kami tidak lengakap maka kami pindahkandi RS Pelita Jaya. Terima Kasih."
Mendengar kabar itu tuan HK segera merangkul istrinya dan mengajaknya ke rumah sakit. Nyonya HK hanya menangis melihat putrin meya terbujur lemas tak berdaya di bantu dengan peralatan medis berbagai macam.
Kecelakaan mobil itu memang sangat parah. Melati sudah 3 hari ini tak kunjung sadar. Bagaimana tidak dikatakan parah, mobil yang menabraknya saja sekarang rusak parah menabrak pohon yang ada di ujung jalan. Pengemudinya pun juga mengalami patah tulang di kaki dan tangan kanannya.
Hari ke 4 Melati juga belum sadar. Nyonya HK hanya terus menangis di samping putri kecilnya itu. Namun, tanpa disadari, ternyata Melati juga menetesan air mata di pipinya. Dia merasakan kesedihan yang dirasakan bundanya itu. Tiba-tiba tangannya bergerak dan menggenggam tangan bundanya.
"Bun-a a-u pe-gi u-lu a-ngan e-dih"
Tiba-tiba mulut Melati mengucapkan kalimat itu, dan itu membuat bunda HK terus menangis karna dia tahu maksud kalimat yang putrinya ucapkan barusan yaitu terakhir kali dia berbicara dan juga awal dia berbicara, yang artinya ' Bunda aku pergi dulu jangan sedih'.
Sungguh tak menyangka, Melati, gadis tuli, bisu, dan buta itu kini pergi untuk selamanya. Kata-kata yang diucapkandi akhir hidupnya itupun juga sangat mengharukan. Sungguh dia anugrah terindah. Meskipun dia memiliki kekurangan, tapi siapa sangka dari hati kecilnya dia tak pernah bisa melihat bundanya bersedih. (Illiyyun Firas Ilma-XI MIA 2/17)